Agustusan yang penuh makna atau kurang bermakna?

Catatan Kepala Sekolah


Oleh Agus Romli, Lc

Cerita kegiatan agustusan di sepanjang bulan ini tidak ada habis-habisnya. Dari yang carnaval, lomba baris, kelereng, sepak bola dll. Satu cerita di sebuah desa selesai, muncul cerita kegiatan agustusan desa lain.

Beragam kegiatan agustusan secara tidak langsung telah ikut berkonstribusi dalam menyemarakkan tahun bersejarah bagi Indonesia yaitu hari kemerdekaan.

Kegiatan yang sepertinya sudah menjadi hukum wajib di bulan Agustus sekaligus telah mengilhami beragam macam kreativitas tanpa batas. Yang menariknya, tahun ini nampak ada kegiatan sedikit viral yang tahun sebelumnya tidak biasa dilakukan di bulan Agustus yaitu batle sound system.

Mengapa harus ada acara seperti ini? Pentingkah atau hanya sekedar mengahamburkan uang? Terlepas pertanyaan itu ada atau tidak, bagi mereka yang terpenting bisa ikut konstribusi menyemarakkan kegiatan agustusan. Walaupun dari segi finansial telah menguras banyak uang untuk bisa mendatangkan sound system kelas wahid yang nominalnya tidak sedikit.

Tapi itulah kreativitas anak muda yang memang barus ditampung di negeri yang majemuk aliran dan keyakinannya ini. Biarlah anjing menggong kafilah berlalu. Biarlah orang ngomong apa, yang terpenting masyarakat terhibur di bulan bersejeraha ini.

Polemik Agustusan
Kendati agustusan memberikan ruang kreativitas untuk berbagi, namun tak sedikit dari masyarakat yang justru menganggap bahwa sebagian kegiatan kurang tepat. Alih-alih ikut andil dalam menyemarakkan kemerdekaan tapi justru dianggap menghamburkan uang, bahkan jika ditilik dari segi agama telah mengorbankan syariat.

Hal ini memang tak terlepas dari beberapa kegiatan yang kurang tepat diadakan dibulan kemerdekaan ini, semisal betle sound system, atau arak-akan yang barang tentu telah menghabiskan anggaran yang tidak sedikit. Belum lagi faktor resisten benturan antar pemuda/bentrokan yang sulit untuk dihindari.

Dari pantauan penulis bahwa tahun ini saja kegiatan agustusan sedikitnya ada beberapa kejadian bentrokan antar pemuda di beberapa wilayah Indonesia bahkan hingga ada yang menelan korban jiwa.

Kebebasan dalam ruang ekspresi sejatinya telah membenturkan antar calon generasi kita keranah hukum. Jika tidak ditinjau ulang kegiatan agustusan, maka tidak menutup kemungkinan tahun-tahun berikutnya korban jiwa bertambah banyak, jor-joran anggaran juga semakin menggila.

Sementara ditilik dari sudut pandang agama – slam- bahwa sebagian kegiatan sejatinya juga telah mengorbankan syariat atau kewajiban kita terutama sholat. Bagaiamana tidak, kegiatan karnaval yang mulai setelah dhuhur dan berakhir hingga larut malam sudah berapa waktu sholat yang mereka tinggalkan? Belum lagi persiapan yang sudah digeber mulai siang bahkan pagi, demi mengejar kegiatan karnavalan.

Maka, demi menjaga eksistensi kegiatan karnaval yang sudah membudaya di bulan Agustus serta menghilangkan image bahwa karnaval mengorbankan agama, perlunya perubahan jadwal yang bisa menampung seluruh umat beragama. Semisal diadakan di pagi hari, sehingga masih ada ruang dan waktu bagi umat muslim untuk menjalankan kewajiban agamanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *